AKSELERASI – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Timur, Marthinus, mendorong perbaikan secara menyeluruh di Stadion Utama Palaran. Baginya, jika dikelola oleh pihak ketiga, maka Stadion Utama Palaran akan hidup kembali. “Apalagi dengan banyaknya unit bisnis di sana dengan melibatkan franchise ternama, maka sudah pasti akan hidup,” katanya.
Efek yang ditimbulkan, ujar Marthinus, Stadion Utama Palaran bisa mengaktifkan kegiatan hingga 10 cabang olahraga. “Intinya jika baik, cabor apapun bisa memanfaatkan Stadion Utama Palaran,” ujarnya.
Marthinus menyatakan, wacana ini sebagai acuan awal yang perlu diinvestigasi untuk melakukan kajian-kajian terhadap aset Pemerintah Provinsi Kaltim yang bisa dikatakan aset tidur tersebut. DPRD Kaltim bersama Pemprov Kaltim, tegas Marthinus, perlu menguatkan komunikasi dan mencari jalan keluar agar aset daerah yang menghabiskan investasi besar tersebut bisa dipergunakan kembali.
“Untuk stadion saja sudah menghabiskan Rp 800 miliar. Itu belum termasuk fasilitas pendukung stadion,” bebernya. “Kalau ditambahkan dengan bangunan lain yang ada di Stadion Utama Palaran, seperti lapangan bulu tangkis dan sejumlah arena lainnya total APBD dipakai lebih kurang Rp 1,5 triliun,” tambah Marthinus.
Ketua Panitia Khusus Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Kaltim tahun anggaran 2021 mengungkapkan, Stadion Utama Palaran punya posisi strategis. Yakni terletak di dekat Tol Samarinda-Balikpapan. Apalagi menurut sejarahnya, Stadion Utama Plaran dibangun oleh Pemprov Kaltim untuk menghadapi PON XVII dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 18 Juni 2008 lalu.
“Kapasitasnya besar, 35 ribu penonton. Stadion ini juga pernah dipakai oleh Klub Putra Samarinda pada putaran kedua ISL (Indonesia Super League, Red.) 2014, kemudian sempat menjadi tuan rumah perhelatan Piala Gubernur Kaltim II 2018, yang merupakan turnamen sebelum dimulainya Liga 1 2018,” sebut Marthinus.
Kondisi Stadion Utama Palaran saat ini memang menimbulkan keprihatinan. Terlebih pasca Pekan Olahraga Nasional 2008 lalu. Itu sebabnya Marthinus meminta agar Stadion Utama Palaran bisa dihidupkan kembali. Salah satu caranya, dengan menggandeng pihak ketiga dalam pengelolaannya.
“Stadion Palaran ini kan sudah lama tidak dirawat, yang dibangun hanya untuk penyelenggaraan PON 2008 lalu. Sayang sekali stadion seluas 88 hektare yang menghabiskan dana pembuatan Rp 800 miliar terbengkalai begitu saja,” katanya.
Marthinus mengatakan, sebelum masa kerja Gubernur Kaltim Isran Noor habis, DPRD Kaltim akan secara intensif mengomunikasikan aset Pemerintah Provinsi tersebut agar bisa dimanfaatkan kembali setelah 14 tahun tidak dirawat dengan baik.
Itu sebabnya, urai Marthinus, DPRD Kaltim dan Pemprov Kaltim mesti mencarikan solusi terbaik menghidupkan Stadion Utama Palaran tersebut. “Salah satunya bisa di kerja samakan melalui pengelolaan dari pihak ketiga, termasuk mempercayakan untuk dikelola oleh pihak swasta,” ujarnya.
“Kalau menurut saya, itu stadion di pihak ketigakan saja dengan swasta. Kan bisa dimasukkan francise unit bisnis ritel, semacam Indomaret, McDonald, atau Kentucky Fried Chicken. Jadi Stadio Utama Palaran hidup kembali sehingga akan ada ketertarikan pengunjung,” tutup Marthinus. (adv)