AKSELERASI – Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Timur, Veridiana Huraq Wang, meminta komoditas kopi di Kabupaten Mahakam Ulu diperhatikan Pemerintah Provinsi Kaltim. Pasalnya, kopi di Kabupaten Mahulu bisa jadi sektor unggulan baru.
Baginya, jika ini dilakukan, salah satu kabupaten termuda di Kaltim itu tidak bertopang pada industri ekstraktif. “Petani di sana belum mendapatkan pasar yang tepat,” katanya. “Kalau sudah jelas pasarnya pasti menjanjikan agar bisa berkesinambungan,” imbuh Veridiana Huraq Wang.
Menurutnya, perkebunan kopi di Kabupaten Mahulu sangat diminati masyarakat. Apalagi jika ada hilirisasi hasil perkebunan, tidak menutup kemungkinan Kaltim akan mampu menopang daerah lain yang membutuhkan. “Pasarnya memang masih turun naik, makanya dianggap sektor ini belum memberikan keuntungan besar jika hendak digeluti,” ujarnya.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menguraikan, jika ingin mengembangkan potensi perkebunan kopi di Kabupaten Mahulu, maka perhatian yang diberikan bukan di hulunya saja. Namun, bagian hilir dari perkebunan juga perlu diperhatikan. “Selain itu, dorongan lain yang dapat dilakukan ialah pelatihan kepada penggiatnya,” bebernya.
Seperti diketahui, Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Batu Rook dari Dinas Kehutanan Kaltim telah meneliti pertanian kopi di Desa Long Kerioq, Kecamatan Long Apari, Kbaupaten Mahulu. Setiap kepala keluarga di desa tersebut memang tidak memiliki kebun kopi yang mencapai satu hektare, namun jumlahnya cukup banyak. Salah satu kebun bahkan dikelola Kelompok Tani Wanita.
Adapun jenis kopi yang ditanam adalah excelsa. Excelsa adalah produk yang ditanam di ketinggian di bawah 800 meter di bawah permukaan laut. Jenis kopi ini tak banyak ditemukan di daerah lain di Indonesia, dan masih jarang diperdagangkan. Hal ini disebabkan 90 persen perdagangan kopi dunia didominasi jenis arabika dan robusta. (adv)