Sekolah Dasar Negeri (SDN) 005 Palaran –Kota Samarinda– berdiri sejak era 60-an. Banyak cerita yang tergurat di sana.
PAGI itu suasana halaman sekolah sepi. Namun di seluruh kelas, kesibukan belajar dan mengajar tampak terlihat. Para siswa takzim duduk di bangku kelas masing-masing, mendengarkan guru. Seekali, mereka mengacungkan jari telunjuk, bermaksud bertanya. Guru di depan kelas, lalu memberikan jawaban, sekaligus menjelaskannya.
Keberadaan bangunan sekolah serupa letter U itu memang berbeda dengan bangunan di sekitarnya. Maklum, sekolah ini berada di sekitar rumah warga. Tepatnya di Jalan Bromo, Rukun Tetangga (RT) 21, Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran. Kondisi SDN 005 Palaran sejatinya hanya bersalin rupa. Berdiri sejak era 60-an, bangunan sekolah ini dulunya hanya deretan kayu panggung.
Butuh bertahun-tahun untuk mengubahnya menjadi deretan batu semen. Proses peremajaan yan dilakukan secara bertahap ini baru dilakukan pada 2014 –6 dekade lebih sejak sekolah tersebut berdiri. Awalnya, peremajaan dilakukan di ruang kelas 1, 2 dan 3. Lalu, pada 206, peremajaan dilakukan untuk ruang kelas 4, 5, 6, hingga kantor. Peremajaan terakhir dilakukan pada 2019 di ruang perpustakaan dan sanitasi untuk toilet.
“Tapi ada bangunan yang sampai saat ini belum mengalami peremajaan. Seperti sanitasi toilet laki-laki dan perempuan yang di belakang tempat ibadah,” ucap Mugiarti, Kepala SDN 006 Palaran, belum lama ini.
Kondisi yang lebih memprihatinkan terjadi di ruang kelas 4. Boleh dibilang, jauh dari kata laik. “Kalau digunakan berpotensi akan menimbulkan korban jiwa, makanya kami memutuskan untuk dialih fungsikan menjadi Gudang,” urai Mugiarti.
Dulu, di tahun pertama berdiri, SDN 005 Palaran dikenal dengan kehebatan para pengajarnya. Para guru memiliki kemampuan bagus. Mulai segi literasi dan numerasi, serta siswa yang bersekolah di sana tidak kurang dari 2 kelas –2 Rombongan Belajar (Rombel). Jika dibandingkan dengan saat ini, memang ada peningkatan standar. Dimana ada yang 2 kelas dan ada yang 1 kelas. “Penyebabnya adalah fasilitas sekolah yang perlu dibenahi dan perhatian khusus, serta banyaknya sekolah yang berdiri sehingga SDN 005 Palaran,” ungkap Mugiarti.
Dulu pula, SDN 005 Palaran memiliki 8 kelas di sana. Namu sekarang, hanya ada 6 kelas. Musababnya serupa; kurangnya fasilitas. Sebut saja seperti ruang ibadah, yang pada akhirnya justru menggunakan ruang kelas. Kondisi ini juga berlanjut untuk ruang seni yang juga menggunakan ruang kelas. “Apalagi ruang kelas 4. Seharusnya digunakan untuk pembelajaran. Tapi karena kondisi bangunan yang tidak laik, makanya terpaksa alih fungsi jadi Gudang,” ujar Mugiarti.
Jumlah guru saat itu berjumlah 9 orang. Sebelumnya, dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru terpecah menurut bidang. Kini, dengan kurikulum terbaru, semua bidang mata pelajaran (maple) menjadi satu di guru/wali kelas. “Hanya guru mapel agama, jasmani dan rohani, serta bahasa Inggris yang saat ini terpecah,” jelas Mugiarti.
Fasilitas saat itu juga serupa seperti saat ini. Seperti kelas, ruang guru dan kepala sekolah yang bergabung, ruang pojok baca yang sekarang menjadi perpustakaan, hingga sanitasi sekolah. Sepanjang berdiri, SDN 005 Palaran dijabat lebih dari 8 kepala sekolah.
TANTANGAN
Saat ini, SDN 005 Palaran mengalami banyak tantangan dan kendala. Mugiarti menyatakan, diantaranya adalah kurangnya perhatian dari pihak luar terhadap sarana dan fasilitas sekolah. Maka tak heran, itu mengatasi itu, ia mengaku sering menggunakan uang pribadi untuk membangun dan memperbaiki fasilitas sekolah. “Saya sampai mengorbankan uang pribadi untuk perubahan sekolah. Seperti pagar sekolah itu sangat krusial,” jelasnya.
Kondisi memprihatinkan tersebut tak hanya sampai disitu. Ruang perpustakaan yang mereka miliki, ternyata hanya berisi kumpulan buku-buku yang sudah “kedaluarsa”. Terutama buku pelajaran yang tidak sesuai dengan kurikulum saat ini. “Buku-buku di ana kebanyakan terbitan 1993 sampai 1997,” terang Mugiarti.
Selain harus dihadapkan dengan sanitasi yang tidak laik, kantin yang dimiliki juga dari kata laik. Kantin di SDN 005 Palaran hanyalah sebuah bangunan dari plywood. Itu pun berasal dari sumbangan warga sekolah. Belum lagi keberadaan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang terkesan ala kadarnya; hanya memiliki 1 tempat tidur dan 1 lemari yang tanpa isi.
“Tidak ada fasilitas lain seperti timbangan, tinggi badan berat badan, tensi, alat penanganan asma (nobulator, Red.), oksigen dan APAR (Alat Pemadam Api Ringan, Red.),” beber Muhiarti.
Meski mengalami tantangan dan ketertinggalan, Mugiarti menyatakan tetap menjalankan program prioritas seperti pembenahan lingkungan dan pendukung sekolah. “Saya saat ini berupaya dan bekerja keras untuk optimalisasi pendukung sekolah, optimalisasi SDM (Sumber Daya Manusia, Red.) sekolah, optimalisasi kerjasama, dan optimalisasi teknologi informasi untuk sekolah,” tukasnya. (*)
VISI MISI SDN 005 PALARAN
Visi
Terwujudnya Siswa Beriman dan Taqwa, Berprestasi, Berbudaya, dan Berwawasan Lingkungan
Misi
1. Menumbuhkan dan memperkokoh keimanan dan ketaqwaan sekolah.
2. Melaksanakan pembelajaran yang inovatif, efektif dan partisipatif.
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah.
4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah sehingga menjadi tim yang solid.
5. Meningkatkan kemampuan intelektual, spiritual, dan emosional.
6. Membiasakan budaya tertib, disiplin, santun dalam ucapan, sopan dalam perilaku, terhadap sesama bedasarkan iman dan taqwa.
7. Membiasakan lingkungan yang bersih nyaman, indah dan sehat dilingkungan sekolah dan tempat tinggal.