Home OPINI Belajar Cara Hidup di Desa Wisata Pulesari

Belajar Cara Hidup di Desa Wisata Pulesari

0
(FOTO: Dok. Pribadi)

Oleh:
Paramita
Prodi D4 UPW, Jurusan Pariwisata, Polnes

DESA Pulesari adalah destinasi wisata yang berada di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pulesari berdiri atas inisiasi masyarakat setempat. Selain budaya, ada pula wisata alam di sana. Potensinya yang luar biasa, perlu dimanfaatkan. Tentu tanpa merubah esensi suasana pedesaannya.

Saya memilih Desa Pulesari sebagai tempat magang. Alasannya, agar saya bisa mengembangkan keterampilan dalam mengelola tempat wisata. Baik itu perencanaan, pemasaran, hingga pelayanan. Magang di Desa Wisata Pulesari juga memberi kesempatan untuk saya menggabungkan pengalaman kerja dengan pembelajaran budaya serta lingkungan.

Dari magang di Desa Pulesari, saya tak hanya berharap mendapatkan ilmu dan informasi yang bermanfaat. Tetapi juga mendapatkan pengalaman yang berharga dan pengetahuan dibidang pariwisata, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian lingkungan. Tujuannya, agar bisa diterapkan di desa-desa wisata yang ada di Kalimantan Timur (Kaltim). Tepatnya di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Sebelum magang, saya mempersiapkan diri. Mulai dari belajar public speaking, mempersiapkan finansial, dan mencari tahu lebih banyak tentang Desa Wisata Pulesari. Kebetulan, pihak kampus menyiapkan kegiatan sharing session dari kakak tingkat kami yang pernah magang di desa wisata. Maka dari itu, kami sebagai mahasiswa sudah mendampat gambaran sedikit mengenai proses magang.

Sebelum berangkat ke DIY, saya mempersiapkan pakaian selama magang, membawa dokumen penting seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan surat pengantar magang dari kampus. Saya berupaya selalu menjaga kesehatan, dan menentukan rencana perjalanan. Mulai dari transportasi, akomodasi, dan lain-lain, agar tidak kebingungan saat tiba di Kota Pelajar tersebut.

Selama magang, saya bertugas menjadi pemandu wisata. Saya juga menjadi fasilitator games outbound, dan menjaga sekretariat untuk mengarahkan semua wisatawan yang berkunjung –baik sekadar survei maupun berkegiatan. Tidak hanya itu, terkadang, saya ikut serta membantu menata makanan yang sudah disiapkan oleh ibu-ibu dasawisma yang dimasak untuk wisatawan. Senang rasanya bisa berinteraksi langsung dengan wisatawan yang beragam, mulai dari anak Sekolah Dasar (SD) hingga karyawan perusahaan.

Saya pernah ikut di sebuah pameran. Di sana, saya mengembangkan strategi pemasaran dengan membagikan brosur dan menjelaskan sedikit tentang Desa Wisata Pulesari kepada pengunjung. Sering kali, mereka menanyakan peta desa wisata tersebut. Sebab, di sana dianggap susah menemukan tempat homestay untuk menginap dan juga pendopo untuk beristirahat.

Lantaran Desa Wisata Pulesari belum memiliki denah yang jelas, saya dan tim kemudian membuatnya menggunakan aplikasi Corel Draw untuk memudahkan wisatawan memahami nah desa tersebut. Kami pun menaruh peta berukuran sedang di sekretariat Desa Wisata Pulesari.

Untuk memudahkan wisatawan mengakses enah tersebut, saya berinisiatif mengemasnya dalam sebuah barcode. Selain denah, ada juga sosial media Desa Wisata Pulesari. Jadi, wisatawan yang melakukan scan barcode, bisa sekaligus mengunjungi sosial media Desa Wisata Pulesari. Denah digital itu juga dilengkapi lokasi homestay dan pendopo terdekat. Pengelola Desa Wisata Pulesari mengakui, barcode tersebut memudahkan wisatawan mengakses denah sekaligus sosial media Desa Wisata Pulesari.

(FOTO: Dok. Pribadi)

MOMEN-MOMEN PENTING

Magang di Desa Wisata Pulesari memberikan saya kesempatan untuk belajar mengenai pemberdayaan masyarakat desa, bagaimana melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, dan membantu meningkatkan kesejahteraan melalui program-program yang dapat mendukung pembangunan desa. Selain itu, saya juga belajar mengenai cara masyarakat menjaga sumber daya alam dan keberlanjutannya.

Di Desa Wisata Pulesari juga, sering kali saya diberi tanggung jawab langsung atas beberapa tugas atau proyek, yang membantu saya mengembangkan rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam bekerja sama di dalam tim. Saya diajarkan untuk berani berbicara di depan umum, dimana saya bisa memimpin satu permainan dalam games outbound.

Ada beberapa momen pada saat Lebaran 2024, budaya yang ada di Desa Pulesari yaitu kami di ajak oleh para pemuda pemudi yang ada disana keliling satu desa full untuk meminta maaf dan bersilaturahmi ke warga setempat. Setelah itu kami main kembang api yang dibuat secara tradisional menggunakan kertas koran dan di isi gas spirtus.

Momen lainnya yaitu saya pernah memandu siswa Taman Kanak-kanak (TK) untuk bermain games outbound. Pertama kalinya saya memandu siswa TK, saya harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dan edukatif dalam kegiatan outbound, sekaligus memastikan keselamatan dan kenyamanan anak-anak. Terlihat susah tetapi dengan melihat anak-anak penuh energi dan selalu antusias saya jadi lebih percaya diri.

Pengalaman yang sangat berkesan lainnya adalah ketika saya berinteraksi dengan penduduk lokal di Desa Wisata Pulesari yang menyenangkan dan suka mengajak untuk berkegiatan. Mereka sering kali sangat terbuka dan ramah terhadap saya, dan mereka sering berbagi cerita, tradisi, serta cara hidup mereka yang unik.

Saya dapat belajar banyak tentang kehidupan sehari-hari mereka, dari cara bertani, membuat kerajinan tangan, hingga tradisi lokal yang sudah berlangsung turun-temurun.
Mereka juga sangat ramah dan selalu siap membantu, baik dalam memberikan informasi tentang budaya lokal maupun dalam menjelaskan cara mereka mengelola desa wisata. Saya merasa dihargai dan diterima sebagai bagian dari komunitas, yang membuat proses belajar saya lebih menyenangkan.

Pada saat tibanya saya di Desa Pulesari saya di sambut dengan penuh kehangatan dan keramahan oleh pokdarwis hingga para pemuda pemudi yang ada disana. Sempat merasa canggung tetapi, setelah kami mengenal lebih dalam tentang warga dan pemuda pemudi disana ternyata sangat menyenangkan sekali bisa kenal dengan mereka semua.

Tantangan yang saya hadapi yaitu beradaptasi dengan budaya yang sangat jauh berbeda dengan kota asal saya, mulai dari cita rasa makanan, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan orang disana. Akhirnya selama 5 bulan magang disana saya berhasil membiasakan dan mengikuti cita rasa, bahasa, dll yang diterapkan disana.

Tidak hanya adaptasi dengan lingkungan baru, kebetulan saya di sini tidak hanya sendiri. Lima anggota saya yang lain yang berasal dari Samarinda ikut magang bersama saya. Diantaranya Yolla, Rere, Zattayu, dan Ida. Nah, kami berenam berkontribusi dalam membuat denah wisata seperti yang saya jelaskan di atas. Tidak mudah untuk membuat suatu denah, tetapi kami dibantu oleh pemuda di sana dan sekaligus diajarkan cara membuat denah dengan baik.

Pengalaman magang saya di desa wisata memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana sektor pariwisata dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat lokal. Saya belajar banyak tentang pengelolaan desa wisata, interaksi dengan pengunjung, serta pentingnya pelestarian budaya dan alam. Selain itu, saya merasakan secara langsung tantangan dan peluang yang ada dalam memajukan desa wisata dengan tetap menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Saya bisa mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja, serta melihat langsung dinamika di tempat kerja yang dapat membantu saya membuat keputusan yang lebih bijak tentang jalur karier saya di masa depan.

Dampak dari pekerjaan saya di desa wisata ini dapat dirasakan dalam beberapa aspek. Yaitu, saya bisa membantu meningkatkan kesadaran dan minat pengunjung terhadap keunikan budaya dan alam desa tersebut. Hal ini bisa berkontribusi pada peningkatan kunjungan wisatawan, yang pada gilirannya mendukung perekonomian lokal melalui sektor pariwisata. Dengan bekal ilmu yang sudah dipersiapkan dari kampus saya bisa berbicara dan melakukan diskusi bersama pihak warga desa dan juga wisatawan yang berkunjung mulai dari reservasi hingga selesai berkegiatan.

Secara keseluruhan, desa wisata seperti Pulesari memberi pengalaman yang berbeda karena keterhubungannya dengan alam dan budaya lokal yang otentik, memberikan kedamaian, serta kedekatan dengan kehidupan tradisional yang sederhana namun penuh makna.

Bagi mahasiswa yang tertarik melaksanakan magang di desa wisata, saya sarankan untuk datang dengan sikap terbuka dan siap belajar. Setiap desa wisata memiliki karakteristik dan tantangan tersendiri, sehingga penting untuk beradaptasi dan memahami kebutuhan serta budaya lokal. Selain itu, penting untuk membangun komunikasi dengan warga setempat agar bisa bekerja sama dengan efektif.

Saya sangat merekomendasikan magang di Desa Wisata Pulesari, terutama bagi mahasiswa yang tertarik pada bidang pariwisata, budaya, atau pengembangan masyarakat. Desa ini menawarkan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pengelolaan destinasi wisata yang berkelanjutan, sambil belajar tentang pentingnya melestarikan budaya, alam, dan lingkungan. (*)

Exit mobile version