Oleh:
Antonio Putra Diwa
Prodi D4 UPW, Jurusan Pariwisata, Polnes
TEBING Breksi merupakan tempat wisata di Sleman –Yogyakarta– tepatnya di Desa Smabirejo. Lokasinya di sebelah selatan Candi Prambanan, berdekatan dengan Candi Ijo. serta kompleks Keraton Ratu Boko. Tebing Breksi sebelumnya adalah area tambang batu yang menjadi sumber penghidupan warga di Desa Sambirejo. Penambangan ini dilakukan sejak 80-an oleh masyarakat setempat.
Batuan yang menjadi Tebing Breksi ini adalah batuan yang terbentuk dari endapan abu vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunung Api Purba Semilir. Pada 2014, gabungan peneliti dari ITB dan UPN melakukan penelitian pada Tebing Breksi. Mereka menemukan jenis batuan yang langka yaitu Tufan.
Jenis batuan ini memiliki nilai geologi yang sangat tinggi dan perlu dilestarikan. Makanya, pada 2014, penambangan dihentikan dan ditutup oleh pemerintah daerah. Setelah penambangan dihentikan pemerintah daerah, masyarakat setempat berinisiatif mengembangkan bekas tambang ini menjadi sebuah destinasi wisata. Upaya ini dimulai sekitar 2014. Pada 2015, Tebing Breksi diresmikan sebagai salah satu dari 9 Geoheritage Yogyakarta oleh pemerintah daerah.
Saya memilih magang di Desa Sambirejo karena ]bisa mengambil banyak ilmu dan pengalaman untuk melestarikan dan mengembangkan budaya dan destinasi-destinasi di desa saya, yaitu Kampoeng Wisata Dusun Putak –Kukar.
Proses magang di Jurusan Pariwisata, Prodi D4 UPW Polnes, dilaksanakan di semester 4 dan 7. Saya magang di Desa Sambirejo saat semester 4. Banyak hal yang saya siapkan sebelum melaksanakan magang, baik itu dari kampus maupun pribadi. Di Jurusan Pariwisata, kami diberikan materi dan pembelajaran khusus agar saat dilepas, kami sudah siap untuk melaksanakan magang. Selain dari Jurusan Pariwisata, tentu saya juga menyiapkan diri untuk bisa mandiri dan kuat untuk merantau dan jauh dari keluarga.
Selama di sana –Desa Sambirejo (Tebing Breksi)– saya banyak mendapat pengalaman dan hal-hal baru dalam kehidupan. Ini membuat saya menjadi pribadi yang bisa lebih menghargai perbedaan suku, agama dan budaya, serta bisa bersikap profesional dalam menjalankan tugas dan kewajiban magang saya. Selama di Desa Sambirejo, saya juga memiliki banyak momen.
Seperti; masyarakat di sana yang ramah-ramah. Biaya hidup yang cenderung lebih murah. Suaasan pedesaan dan alam yang indah. Serta banyak hal yang ada di Yogyakarta tapi tidak ada di Samarinda.
BERINTERAKSI DENGAN KOMUNITAS LOKAL
Saat pertama datang ke Desa Sambirejo (Tebing Breksi), jujur, memang tidak ada sambutan yang spesial. Sebab, saya dan pengelola-pengelola di sana belum kenal. Tetapi setelah menjalani magang selama kurang lebih 5 bulan, saya merasakan bahwa warga lokal di sana menerima saya dengan baik.
Tidak butuh waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan warga lokal di sana. Walau memiliki budaya yang cukup besar perbedaannya, itu tidak menjadi halangan dalam menjalani masa magang saya di sana.
Dalam menjalani kehidupan dan magang di sana, pasti tidak terlepas dari yang namanya tantangan hidup. Pun proses mengerjakan tugas dan project yang menjadi kewajiban untuk diselesaikan selama magang. Untungnya, saya tidak sendiri dalam menjalani masa magang di Desa Sambirejo. Saya magang di sana bersama dengan ketiga teman saya; Andi, Afni dan Novi.
Kami berempat juga dibantu pembimbing dari kampus, pak Fauzan dan mis Musda, pembimbing lapangan pak Halim, dan Ketua Pengelola Taman Tebing Breksi pak Kholiq. serta pengelola-pengelola di sana. Mereka sangat banyak membantu saya dan teman-teman dalam menyelesaikan tugas dan masalah yang kami alami selama masa magang di Desa Sambirejo (Tebing Breksi).
Selama menjalani masa magang, kami diberikan tugas project dari Jurusan Pariwisata yang wajib dikerjakan sebagai bentuk kontribusi kepada tempat dimana kami melaksanakan masa magang. Saya dan teman-teman membuat dua project di sana. Saya dan Andi
membuat buku saku pemanduan untuk digunakan oleh para supir-supir jeep wisata untuk membantu mereka dalam menjelaskan destinasi-destinasi di Desa Sambirejo.
Sedangkan Afni dan Novi mereka membuat buku profil untuk Taman Tebing Breksi yang juga untuk membantu para pengelola di
sana untuk bisa memberi penjelasan tentang Tebing Breksi kepada para wisatawan. Dua Project inilah yang menjadi kontribusi kami selama magang di sana.
Saya memiliki banyak pengalaman yang luar biasa di Tebing Breksi, yang membuat pengalaman hidup saya bertambah. Selama di Tebing Breksi, saya bertemu dengan pembimbing, pengelola, dan teman-teman yang sangat baik dan juga banyak membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas magang saya.
Pada intinya, Yogyakarta dan Tebing Breksi memberikan saya pengalaman hidup yang luar biasa dan juga banyak mengubah pribadi saya. Saya berjanji pada diri, suatu saat pasti akan kembali ke sana. (*)