Cobaan hidup Irvan Faros Ash Siddiq, tak hanya dialami saat sang ibunda –Eva Rahayu– wafat. Jelang keberangkatannya kuliah di City of Glasgow College, dia justru tak memiliki biaya untuk membuat paspor.
IRVAN tentu bingung bukan kepalang. Saat semangatnya mulai membuncah untuk meneruskan hidup pasca wafatnya sang ibunda, masalah lain justru harus dihadapi dalam perjalanan pendidikannya; uang.
Proses pembuatan paspor, dan pelbagai akomodasi yang dibutuhkan selama kuliah di City of Glasgow College, seolah menjadi bayang-bayang menakutkan bagi Irvan saat itu. Maklum, Irvan hanyalah anak dari keluarga sederhana. Ayahnya –Jafar Siddiq– yang kini menjadi orangtua tunggal, hanyalah seorang buruh harian lepas.
Beruntung, para dosen di Program Studi (Prodi) Diploma 4 (D4) Usaha Perjalanan Wisata (UPW), Jurusan Pariwisata, Politeknik Negeri Samarinda (Polnes), bergerak cepat. Mereka memutuskan untuk membantu biaya pembuatan paspor tersebut beserta kelengkapan administrasi lainnya seperti Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), surat kesehatan dan lain-lain.
Tak hanya sampai disitu, lewat peran para dosen dan manajemen Polnes pula, Irvan juga mendapat kepastian untuk seluruh keperluannya. Mulai dari tiket pesawat, tempat tinggal, hingga visa. “Memang banyak ujiannya sebelum berangkat,” tuturnya.
Sebagai informasi, di program beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards Vocation (IISMAVO) 2024, Polnes menjadi kampus satu-satunya di Indonesia yang berhasil meloloskan mahasiswanya kuliah di luar negeri dalam jumlah besar. Tercatat, ada 22 mahasiswa dari pelbagai jurusan yang berhasil lolos seleksi untuk kuliah di luar negeri. Dimana, Irvan adalah satu diantaranya.
Itu sebabnya, Direktur Polnes Ahyar Muhammad Diah, memberikan pelbagai kebijakan positif bagi mahasiswa yang kuliah di luar negeri. Salah satunya adalah menyiapkan tiket pesawat bagi para mahasiswa untuk keperluan administrasi mengurus visa.
TANGAN GEMETAR SAAT TERIMA UANG 3 DIGIT
Kisah hidup remaja kelahiran Kota Balikpapan, 25 Oktober 2001 ini, memang cukup menarik. Salah satunya saat momen dia menerima uang dari program beasiswa IISMAVO. Sepanjang hidup, alumnus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhakti Loa Janan (2017-2020) ini, tak pernah menerima uang dalam jumlah besar.
Itu baru disadarinya saat mengetahui uang dari program beasiswa IISMAVO telah masuk rekening. “Uangnya 3 digit. Tangan saya sampai bergetar,” akunya.
Secara keseluruhan, Irvan menjelaskan, total biaya yang dihabiskan selama 1 semester di City of Glasgow College sekira Rp 155 juta. Biaya itu tak sekadar untuk makan dan minum, tetapi juga untuk kebutuhan pendidikannya selama di sana. (*)