Kisah inspiratif Irvan Faros Ash Siddiq –mahasiswa semester 6, Program Studi (Prodi) Diploma 4 (D4) Usaha Perjalanan Wisata (UPW), Jurusan Pariwisata, Politeknik Negeri Samarinda (Polnes)– tak lepas dari ekosistem kampus yang positif dan saling support. Salah satu elemen penting di dalamnya adalah para dosen yang tak sekadar berperan sebagai pendidik.
MUHAMMAD Fauzan Noor bukan sosok baru di Jurusan Pariwisata, Polnes. Lebih dari dua dekade –sejak Desember 2002– pria dengan gelar SE (Sarjana Ekonomi), M.Par (Magister Pariwisata), serta gelar MMHTRL –didapatkannya saat mengambil program Double Degree di Perancis– ini banyak membimbing para mahasiswa. Sebagian besar mampu diantaranya menuju tangga kesuksesan. Sebagian kecil berakhir gagal –cuti kuliah hingga Drop Out (DO) lantaran tidak disiplin.
Pengalaman itu –pada akhirnya– mendorongnya tak sekadar menjadi dosen. Dalam banyak kesempatan, pak Fauzan –sapaannya– mau-tidak mau memposisikan diri sebagai orangtua para mahasiswa dan mahasiswi di sana. Kebiasaan menanyakan kabar, adalah salah satu sisi sentimental yang ditunjukkan Fauzan kepada anak didiknya.
Menurut Fauzan, banyak sekali mahasiswa yang kesulitan pendanaan. Seperti telat bayar Uang Kuliah Tunggal (UKT), belum bayar kos dan kontrakan, HINGGA beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang telat cair. “Sedangkan kebutuhan tempat tinggal dan perut tidak bisa ditunda,” ucapnya.
“Maka saya meyakinkan diri untuk meminimalisir mahasiswa kami yang DO hanya gara-gara uang untuk kebutuhan hidup. Hingga saat ini, tidak terhitung lagi sudah berapa piutang yang ada pada mahasiswa. Tapi saya yakin bahwa mereka pasti akan membayarnya kembali, hanya butuh waktu saja untuk mengembaikan dana tersebut,” ulas Fauzan.
Selain itu, dia juga punya keyakinan, suatu saat anak-anak yang mengalami kesulitan ekonomi ini pasti akan bangkit sukses dan berhasil. “Mereka pasti mengenang perjuangan hidupnya saat dibantu oleh pendanaan Prodi,” ungkap Fauzan.
Baginya, apa yang dialami Irvan Faros Ash Siddiq, adalah sekelumit kisah yang banyak dialami mahasiswa dan mahasiswi di kampus. Pengalaman kuliah dan melakukan perjalanan ke luar negeri –Perancis, Belanda, Spanyol, Tiongkok, dan lain-lain– menjadi modal Muhammad Fauzan Noor untuk mendorong anak didiknya untuk mengubah perspektif dalam menjalani hidup dan memiliki mindset yang positifterhadap dunia pendidikan
“Dulu, setelah kuliah di luar negeri, perspektif saya juga banyak berubah. Apalagi sebagai pendidik, tugas saya tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga merubah sudut pandang umum mahasiswa dan mahasiswi di kampus,” paparnya.
Fauzan meyakini, dunia luar sangat berkembang pesat, dan para mahasiswa harus belajar dari itu. Makanya, setiap mahasiswa yang mengalami kemerosotan akademik dan kehilangan semangat, dia bersama para dosen bahu-membahu mendorong mahasiswa yang bersangkutan untuk maju.
“Kebetulan jalannya ada di program beasiswa IISMAVO (Indonesian International Student Mobility Awardsfor Vocational Students, Red.). Beberapa tahun terakhir kami ngebut banget mendorong mahasiswa untuk kuliah di luar negeri. Kalau soal biaya, kalua dipikirkan melulu, tidak akan ada habisnya. Jalani saja dulu,” jelasnya.
Sebagai informasi, IISMAVO adalah program beasiswa yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti pertukaran pelajar selama satu semester di universitas terkemuka luar negeri.
Di IISMAVO, Polnes menjadi kampus satu-satunya di Indonesia yang berhasil meloloskan mahasiswanya kuliah di luar negeri dalam jumlah besar. Tercatat, ada 22 mahasiswa dari pelbagai jurusan yang berhasil lolos seleksi untuk kuliah di luar negeri. (*)