AKSELERASI – Dinas Kesehatan Kalimantan Timur terus mengawasi perkembangan kasus dan kematian akibat Demam Berdarah Dengue atau DBD. Makanya, Dinkes Kaltim memiliki program jangka panjang untuk mengantisipasi meningkatnya penyakit DBD di Benua Etam.
Kata dr Jaya Mualimin, Kepala Dinkes Kaltim, program jangka panjang yang dimaksudk adalah melibatkan nyamuk yang sudah diberi bakteri wolbachia. Hal ini diklaim dapat mengendalikan virus dengue. “Program ini sudah dilakukan di lima kota di Indonesia, termasuk Kota Bontang,” jelasnya, kemarin.
Dinkes Kaltim, ujar dr Jaya Mualimin, telah mengkaji program ini di Kota Semarang. Sebab di sana merupakan pilot project program ini. “Ada program untuk salah satu pengendalian vektor nyamuk yang diluncurkan bulan kemarin. Kami harap program ini berhasil dan bisa disebar ke daerah lain,” tuturnya.
Terkait vaksin DBD, dia menyatakan ada dua produk yang sudah dihasilkan oleh dunia, salah satunya di Jepang. Makanya, dr Jaya Mualimin menyebut pemerintah daerah sudah menganggarkan dana untuk membeli vaksin tersebut dan mendistribusikannya kepada anak-anak sebagai kelompok rentan.
“Rencananya tahun ini. Mudah-mudahan di Desember kami bisa mulai vaksinasi. Kami sudah order 20 ribu botol vaksin dengan anggaran Rp 9,6 miliar rupiah. Tahun depan kami rencana akan menganggarkan lagi dan akan berkelanjutan,” bebernya.
Dismaping itu, dr Jaya Mualimin mengajak masyarakat untuk mendukung program pencegahan dan penanggulangan DBD dengan menjaga kebersihan lingkungan dan berpartisipasi dalam vaksinasi.
Bahkan, dia mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala DBD seperti demam tinggi, nyeri otot, nyeri sendi, mual, muntah, ruam kulit, atau perdarahan.
“Kami akan undang Kementerian Kesehatan untuk melakukan evaluasi dalam kurun waktu satu tahun apakah kasus DBD turun atau tidak. Kami berharap dengan kerjasama semua pihak kita bisa bebas dari DBD,” tukasnya. (ags/adv)