spot_img

Mewujudkan Kaltim Tangguh Bencana, BPBD Kaltim Gandeng Masyarakat Bentuk Destana

AKSELERASI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim melaksanakan berbagai program yang berdasarkan dari Indikator Kinerja Utama (IKU). IKU sendiri merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis operasional.

Diketahui, setiap lembaga atau instansi pemerintah wajib merumuskan IKU sebagai suatu prioritas program dan kegiatan yang mengacu pada sasaran strategis dalam RPJMD dan Renstra SKPD. Tak terkecuali, BPBD Kaltim.

Kepala Pelaksana BPBD Kaltim melalui Staff Perencanaan dan Program, Muhammad Bakriansyah menerangkan, pada Tahun 2023 ini pihaknya berfokus kepada peningkatan kawasan. Yakni, pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana).

“Jadi desa tangguh bencana ini merupakan tingkat tapak bagi daerah untuk meningkatkan kapasitasnya terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Jadi kita tingkatkan kapasitasnya itu, dari edukasinya, sarana-prasarananya, kemudian manajemennya,”terangnya.

Program Destana ini juga masuk di dalam RPJMD Kaltim. Dimana, BPBD Kaltim ditargetkan untuk membentuk 30 Destana yang tersebar di seluruh Kaltim. Bakriansyah optimis pihaknya target tersebut akan tercapai.

“Sampai dengan 2023 ini, Insha Allah semuanya selesai,”tegasnya.

Output dari program Destana ini diharapkan akan mengurangi Indeks Risiko Bencana (IRB) di Kaltim. Mengingat, angka IRB di Benua Etam terhitung masih tinggi.

Menurut data dari BNPB¹, IRB Kaltim pada tahun 2019 adalah 18,72, yang menempatkan provinsi ini pada peringkat ke-11 dari 34 provinsi di Indonesia. IRB ini terdiri dari tiga komponen, yaitu: hazard (bahaya), exposure (paparan), dan vulnerability (kerentanan). Dari ketiga komponen ini, yang paling tinggi adalah exposure, yaitu 7,64, yang menunjukkan bahwa banyak aset dan populasi yang berada di wilayah rawan bencana. Sedangkan hazard dan vulnerability masing-masing adalah 5,67 dan 5,41.

Untuk mengurangi IRB, BPBD Kaltim berupaya meningkatkan kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat melalui program Destana. Program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar mampu mengenali ancaman bencana di wilayahnya, mengorganisir sumber daya lokal, dan mengambil langkah-langkah pencegahan dan mitigasi. Program ini juga melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, dan organisasi masyarakat.

Salah satu desa yang sudah menjadi Destana adalah Desa Sumber Rejo, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur. Desa ini memiliki potensi bencana banjir, longsor, dan kebakaran hutan dan lahan.

Sejak tahun 2019, desa ini telah melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesiapsiagaannya, seperti: pembentukan tim relawan, pelatihan penanggulangan bencana, penyusunan rencana kontingensi, pemasangan peralatan evakuasi, pembuatan peta risiko, dan penyuluhan kepada masyarakat.

Ia mengatakan bahwa program Destana telah memberikan dampak positif bagi desanya.

“Alhamdulillah, sekarang warga kami lebih siap dan tanggap menghadapi bencana. Kami juga lebih peduli dan bersinergi dengan sesama warga dan pihak-pihak lain. Kami berharap program ini bisa berlanjut dan berkembang, sehingga desa kami bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPBD Kaltim, Agus Tianur, mengapresiasi kinerja dan partisipasi masyarakat dalam program Destana.

Ia berharap program ini bisa menjadi model dan inspirasi bagi daerah-daerah lain di Kaltim.

“Kami berkomitmen untuk terus mendukung dan memfasilitasi pengembangan Destana di Kaltim. Kami juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun budaya tangguh bencana di masyarakat, sehingga kita bisa mengurangi risiko dan dampak bencana di daerah kita,” tuturnya. (ags/adv)

spot_img

Yuk Baca Juga

spot_img

Berita Terkait