Baca Juga

spot_img

Babi Berjanggut Kalimantan: Penjelajah dan Pelindung Hutan Kalimantan (2-Habis)

Babi berjanggut telah berevolusi untuk beradaptasi dengan pembuahan diterocarp yang sulit diprediksi.

MEREKA adalah pemakan tumbuhan dan daging (omnivora) dan dapat hidup dari sumber makanan alternatif ketika pohon dipterocarp tidak menghasilkan buah, periode yang dapat berlangsung beberapa tahun.

Ketika makanan berlimpah tersedia, metabolisme babi hutan yang efisien memungkinkan mereka untuk menyimpan lemak yang akan membantunya bertahan hidup selama masa paceklik.

Sifat fisiknya juga memperkuat kemampuannya untuk bertahan hidup: mereka sangat subur, berkembang biak dalam usia muda, dan dapat hidup dalam kelompok kecil atau besar. Kakinya yang panjang cocok untuk migrasi ekstensif dalam hutan yang lebat. Mereka juga mahir berenang. Semua ini memaksimalkan akses mereka terhadap sumber daya.

Babi berjanggut juga merupakan binatang buruan favorit masyarakat Kalimantan. Babi berjanggut mewakili 97 persen dari daging satwa liar yang dikonsumsi oleh para pemburu-pengumpul dari suku Punan.

Perburuan babi hutan, suatu praktik yang diyakini berusia lebih dari 35.000 tahun, menunjukkan posisi menonjol babi berjanggut dalam budaya penduduk Kalimantan. Mereka meyakini babi berjanggut sebagai penghubung antara manusia dan roh yang mengatur akses ke sumber daya hutan.

Babi berjanggut Kalimantan. PHOTO: Ist

Penurunan jumlah babi hutan atau penemuan babi yang mati di dalam hutan adalah pertanda buruk bagi suku Punan. Mereka menginterpretasikan ini sebagai ekspresi murka kekuatan supernatural terhadap mereka, pertanda bahwa mereka perlu memulihkan harmoni dengan alam melalui perilaku hemat dan intervensi dukun.

Melalui interaksinya dengan satwa liar hutan lainnya –burung, kera, rusa menggonggong– babi hutan berjanggut mengungkapkan hubungan yang dimiliki masyarakat Kalimantan dengan hutan mereka.

Masyarakat Kalimantan meyakini bahwa hidup bersama dengan semua makhluk hidup dan penggunaan sumber daya alam dengan tidak berlebihan. Bagi suku asli Kalimantan, mamalia ini lebih dari sekadar binatang buruan.

KUNCI EKOLOGI DAN BUDAYA
Babi berjanggut dapat hidup di lingkungan yang paling terdegradasi berkat kemampuan adaptasinya dengan menjadi pemakan segala, dan menjauhkannya dari ambang kepunahan. Meski demikian babi berjanggut tetap masuk Daftar Merah IUCN. Ini mengindikasikan degradasi hutan Kalimantan sudah parah.

Masyarakat Kalimantan yang secara tradisional memburu babi hutan berada di garis depan dalam mendeteksi perubahan pada perilaku binatang yang penuh karisma ini. Mereka bahkan lebih efisien daripada ahli ekologi yang paling terkemuka.

Mereka adalah penjaga lingkungan mereka dan dapat menjadi mitra berharga bagi komunitas ilmiah internasional dalam memantau dan memahami berbagai penggerak perubahan, termasuk perubahan iklim, yang mempengaruhi hutan mereka.

Babi berjanggut adalah mamalia yang aneh tapi memegang peran kunci ekologi dan budaya. Mereka saksi bahwa pelestarian hutan yang berkelanjutan perlu mengikutsertakan kearifan lokal dan visi masyarakat adat tentang dunia. (*)

spot_img

Yuk Baca Juga

spot_img

Berita Terkait