Oleh:
Fitri Anugrah Ramadhani
Mahasiswi Semester 8B
D4 Prodi UPW, Jurusan Pariwisata, Polnes
SAAT pertama kali sampai di Perth –Australia— rasanya seperti bermimpi. Suasana dan suhunya berbeda 180 derajat dari Kota Samarinda. Culture shock yang saya alami adalah orang–orang Australia sering menyapa orang. Terlebih untuk mereka yang menjadi karyawan di kafe atau restoran. Contohnya seperti; “Hi, how are you? What can I get for you” dan semacamnya. karena dipandangan saya, masyarakat Australia itu cukup individualis dan cuek. Namun, cukup di luar dugaan, mereka lebih ramah dari apa yang saya ekspektasikan.
Selain berkuliah, saya mengisi waktu dengan belajar memasak masakan Indonesia kalau sedang kangen rumah, berolahraga di gym, dan belajar merajut bersama teman–teman saya sesama IISMA Awardee. Cara saya mengatur waktu adalah dengan mengerjakan tugas yang dahulu. Jika sudah, saya akan melakukan kegiatan lain yang sudah saya tuliskan sebelumnya. Jika sedang tidak keluar asrama, saya akan memasak dalam porsi cukup besar dan saya bagikan ke teman–teman yang lain.
Menurut saya pribadi, pengalaman berharga yang didapat tidak dapat terhitung banyaknya. Namun saya akan menyebutkan beberapa diantaranya. Seperti, mendapatkan teman dan relasi baru. Mau itu dari Australia ataupun dari luar Australia. Bertemu dengan staf–staf hebat dan suportif dari Phoenix Academy, serta materi kuliah yang sangat bermanfaat dan juga relevan jika digunakan dimasa sekarang.
Saya juga pernah mengikuti kegiatan volunteer di acara Perth Running Festival –festival lari. Saya salah satu volunteer yang menjaga jalur para pelari. Di sana saya mendapat teman baru yang juga menjadi volunteer. Tidak hanya bercerita tentang hidup di Australia, tetapi juga bertukar cerita tentang budaya masing–masing karena dia bukan orang Australia melainkan orang Jepang. Dari pengalaman saya selama di Australia, masyarakat di sana sangat beragam dan kita bisa belajar dari semua orang yang kita temui. Saya belajar untuk dapat lebih percaya diri. Bukan hanya dari persentasi dan tugas yang sudah saya kerjakan, namun juga untuk menambah relasi –mungkin saya akan tertarik mengajar.
Setelah lulus, selain mencari pekerjaan. Saya ingin mengisi waktu dengan berjualan hasil karya rajutan bersama teman saya. Atau mengajar di kelas bahasa Inggris. Karena sudah beberapa kali saya mengisi kelas untuk organisasi kampus. Kelas bahasa Inggris dan mengajar ini juga yang akan menjadi kontribusi saya saat kembali ke Indonesia.
Dari dampak akademik, saya belajar banyak bahwa perencanaan dalam bisnis tidak bisa dilakukan secara sembrono. Namun, dengan ide dan research yang mendalam, perencanaan bisnis akan dapat lebih terperinci dan bisa memperkirakan hal tidak terduga apa yang mungkin akan terjadi dikemudian hari –contingency planning. Kemudian dari dampak personal, saya belajar untuk memulai percakapan, cara mengelola waktu dan uang, dan lainnya.
Mengikuti program Indonesian International Student Mobility Awards Vokasi (IISMAVO) adalah pengalaman yang sangat berharga, baik untuk belajar maupun pengembangan diri. Program ini memberi kesempatan untuk belajar di luar negeri, menambah wawasan, serta melatih kemampuan beradaptasi dan berpikir lebih luas. Saya juga bisa bertemu dengan mahasiswa dari berbagai negara, membangun relasi, dan mengenal budaya baru yang membuka cara pandang saya.
Untuk mahasiswa yang ingin ikut program serupa dengan IISMA, sebaiknya persiapkan diri dengan baik. Terutama dalam hal belajar, bahasa, dan kesiapan mental untuk beradaptasi di lingkungan baru. Jangan takut mencoba hal baru,. Harus manfaatkan setiap peluang yang ada, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan agar pengalaman yang didapat lebih maksimal.
Saya sangat merekomendasikan program ini. IISMA atau program serupa bukan hanya tentang belajar di luar negeri, tapi juga pengalaman berharga yang bisa mengasah keterampilan, menambah relasi, dan membuka banyak peluang ke depan. Program ini cocok untuk mereka yang ingin berkembang, mencoba hal baru, dan menjadi lebih mandiri. (*)