AKSELERASI – Anggota Komisi I DPRD Kaltim, Jahidin, mengatakan partipasi pemilih di pilkada tahun lalu sangat rendah. Selain karena faktor geografis dan demografis, sebab lainnya adalah kurangnya sosialisasi.
Hal-hal itu yang memungkinkan menjadi kendala dalam proses sosialisasi pemilu maupun pilkada 2020 lalu, termasuk adanya basis-basis penduduk yang belum terjangkau, menjadi kendala penyelenggara pemilu melakukan sosialisasi,” katanya.
Jahidin menilai, saat ini kinerja KPU, Kesbangpol, dan Bawaslu, terlihat sudah punya persiapan yang matang. Makanya di optimis partisipasi pemilih di Kota Samarinda bisa meningkat dengan target minimal 70 persen dari yang sebelumnya yang hanya 52,26 persen.
“Kami selaku anggota legislatif Kaltim, mendukung penuh langkah KPU dan Bawaslu dalam menyelenggarakan pemilu dan pilkada serentak 2024, salah satunya mendorong lembaga eksekutif dalam alokasi anggaran untuk pemilu,” ujar Jahidin.
Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpol Kaltim, Sufian Agus, menyebut berdasarkan data pilkada 2020 lalu, tingkat partisipasi pemilih tertinggi ada di Mahulu dengan persentase 78,6 persen dari 26.544 DPT.
Kemudian tingkat partisipasi pemilih tertinggi berikutnya diikuti Kubar dengan persentase 71,97 persen dari 113.794 DPT, dan Kota Bontang 71,94 persen dari 121.694 DPT.
Selanjutnya tingkat partisipasi pemilih tertinggi pada pilkada 2020 lalu ditempati Berau 70,43 persen dari 159.254 DPT, Paser 68,55 persen dari 187.877 DPT, serta Kutim 66,51 persen dari 232.641 DPT.
“Urutan berikutnya Kota Balikpapan dengan angka partisipasi 60,13 persen dari 443.243 DPT, Kukar 57 persen dari 488.055 DPT, dan terendah Kota Samarinda 52,26 persen dari 576.981 DPT,” tukas Sufian Agus. (adv)