BERANDA.CO, Kesehatan – Stunting itu suatu kondisi dimana si kecil tinggi badannya tidak bertambah disebabkan oleh adanya masalah nutrisi pada tubuh si kecil. Masalah nutrisi inilah yang menyebabkan tinggi badannnya tidak maksimal. Bagaimana ciri-cirinya dan cara pencegahannya? Simak ulasannya bersama Doodle Exclusive Baby Care berikut ini.
dr. Erviani Maulidya, Sp.A dalam wawancaranya bersama Doodle Exclusive Baby Care menyampaikan deteksi akan stunting pada anak tidak langsung bisa dilakukan. Biasanya stunting awalnya tidak langsung tinggi badannya yang tidak bertambah, tetapi berat badan yang tidak kunjung naik selama 3 kali pengukuran atau 3 bulan berturut-turut kemudian menyebabkan tinggi badannya yang tidak bertambah. Pengukuran berat badan yang baik itu dilakukan setiap bulan yang seharusnya dilakukan dijam yang sama.
“Untuk stunting tidak tiba-tiba tinggi badan yang tidak langsung tidak bertambah, diawali dengan permasalahan pada berat badan. Sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu pengukuran berat badan yang baik seperti apa, pengukuran tinggi badan yang baik seperti apa. Karena biasanya moms dan paps melakukan pengukuran berat badan yang satunya pagi yang satunya malam otomatis berbeda dan memiliki dampak. Karena kalau pagi hari anak-anak biasanya belum makan dan badan belum terisi, otomatis berat badan terendahnya. Sedangkan berat badan malam hari seharian merupakan berat badan tertinggi karena sudah minum susu sudah makan otomatis berat badannya naik,”ungkap Dokter Ervin.
Dikatakan lagi, untuk pengukuran berat badan tidak bisa dibandingkan berat badan pada pagi hari dan malam hari. Disarankan berat badannya dibandingkan dijam yang sama, supaya didapatkan berat badan yang sama sehingga didapatkan pengukuran yang sama. Karena pengukuran waktu yang berbeda akan pengaruh ke berat badan juga berpengaruh di bisa terjadi yang satu rendah sekali sedangkan yang satu tinggi sekali.
Kalau menimbang bayi usia 0 sampai 2 tahun bisa menggunakan timbangan yang berbaring. Sedangkan anak usia 2 tahun keatas menggunakan timbangan yang berdiri. Saat menimbang berat badan disarankan melepas pakaian, karena pakaian sendiri dari estimasi 400 hingga 500 gram.
“Jadi lumayan penyumbang berat badan bayi. Ataupun kalau menggunakan diapers sebaiknya dikosongkan terlebih dahulu. Karena salah menimbang berat badan nanti berdampak terhadap pengukuran berat badan kedepannya untuk mengecek apakah bayi atau anak mengalami stunting atau tidak,”lanjutnya.
Dokter yang berpraktek diRumah Sakit Umum (RSU) Hermina Samarinda ini menuturkan untuk tinggi badan pada bayi usia 0 bulan hingga 2 tahun diukur dengan cara berbaring tumit kaki harus tegak yang diukur mulai dari kepala. Sedangkan untuk usia 2 tahun keatas saat pengukuran tumitnya harus menempel pada dinding dan kepalanya harus tegak agar tinggi badannya bisa diukur dengan benar. Identifikasi berat badan selama 2 bulan hingga 3 bulan berturut-turut tidak ada kenaikan kemudian tinggi badan juga tidak bertambah bisa berada digaris kurang dari minus 2 Standard Deviation (SD) pada grafik World Health Organization (WHO).
“Jika berada pada dibawah minus 2 SD bisa dikatakan stunting. Tulang itu butuh nutrisi juga dan kalori yang berasal dari asupan anak. Jika kalori yang didapatkan tidak tercukupi maka tulang tidak mendapatkan makanan akhirnya tulang tidak bertambah panjang. Inilah yang menyebabkan tubuh menyesuaikan sehingga berat badan menjadi menyusut dan tinggi badan tidak naik karena tulang tidak mendapatkan kalori dari makanannya,”terang Dokter yang tinggal dipulau Kalimantan ini.
Wanita yang berprofesi sebagai dokter spesialis anak ini berujar penyebab stunting lainnya adalah dikarenakan anak-anak memiliki penyakit bawaan dari kongenital seperti jantung bawaan juga menyebabkan tinggi dan berat badan tidak maksimal naik. Anak dengan penyakit kronis seperti hydrocephalus tidak maksimal untuk tinggi dan berat badan.
“Jadi harus dilihat kembali kondisi apakah anak tersebut mempunyai penyakit kronis atau tidak. Tetapi kalau tanda-tanda yang penting apabila saat diukur secara berkala selama 2 hingga 3 bulan garis dibawah minus 2 SD dari grafik WHO sudah bisa dikatakan stunting,”ungkapnya.
Lebih lanjut, wanita memiliki nama lengkap Erviani Maulidya ini mengatakan adapun penyebab munculnya stunting ini dibagi menjadi dua yakni penyebab yang pertama dari asupan nutrisi, dari kalori yang didapatkan, asupan gizinya kurang yang menyebabkan nutrisi ke tulangnya juga tidak maksimal. Kemudian yang kedua bayi atau anak sering mengalami sakit seperti diare berulang, batuk pilek berulang yang menyebabkan kondisi daya tahan tubuh menurun sehingga berat dan tinggi badan tidak bisa naik maksimal.
“Disarankan bayi ataupun anak untuk melakukan imunisasi agar tidak terserang penyakit berulang seperti penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi seperti Bacillus Calmette Guerin (BCG) untuk tuberculosis (TB), Difteri, Tetanus, Campak. Diharapkan melalui imunisasi ini anak-anak tidak berulang sakitnya sehingga berat badan terus naik. Karena kalau sakit berulang berat badannya cepat turun dan akan sulit kembali naik,”jelas Wanita berdomisili dikota Samarinda tersebut.
dr. Erviani Maulidya, Sp.A berpesan jika anak mengalami stunting tidak perlu kuatir, harus diperbaiki untuk makannya, dengan cara kalori harus tercukupi dari karbohidrat, protein, dan lemak juga harus tercukupi. Dengan karbohidrat, protein, dan lemak yang tercukupi maka akan bisa diperbaiki stuntingnya. Diharapkan saat diperbaiki stuntingnya Intelligence Quotient (IQ) juga tidak berdampak kedepannya dan keluhan lainnya bisa dihindari. Untuk itu, sangat penting melakukan skrining berat badan setiap bulannya untuk mengetahui berat badannya mengalami kenaikan atau tidak dan sebagai orangtua harus care terhadap anak. (rls/kha)