AKSELERASI.ID – Akbar Haka, frontman KAPITAL –band metalcore asal Tenggarong, Kutai Kartanegara– bikin kejutan. Di penghujung tahun lalu, Akbar merilis single “Stereotype” bersama The Experimental Theory.
Berbeda dengan karya-karya sebelumnya, kali ini Akbar mengangkat tema yang cukup sensitif. Stigma negatif yang kerap dituduhkan kepada warga keturunan Tionghoa di Tanah Air dan umat muslim di Indonesia, menjadi salahsatu tajuk utama yang dibicarakannya dengan suara lantang di ruang publik.
Di single ini, Akbar seolah menumpahkan semua kemuakannya terhadap anasir miring terhadap warga minoritas dan pemeluk agama Islam. “Saya seperti menulis kemarahan di dalam lirik,” katanya, dalam rilis yang diterima Akselerasi.id.
https://www.youtube.com/watch?v=t-Zqm9wx16w
Ada alasan mengapa Akbar mengangkat topik ini dalam proyek solo perdananya. Pertama, tentu saja sebagai kritik terhadap stereotype kepada warga keturunan Tionghoa yang dianggap tidak cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, perspektif negatif terhadap umat muslim. Mereka yang berjanggut dan bersurban, dianggap Akbar kerap dianggap sebagai ancaman.
“Stereotype terorisme disematkan kepada umat muslim di seluruh dunia. Padahal kita tahu terrorism has no religion,” ujarnya.
Pelopor festival musik cadas terbesar di Kalimantan Timur –Rock In Borneo– ini memang seperti tak pernah kehabisan energi melahirkan karya musik. Terlebih mengingat sepak terjangnya selama 20 tahun terakhir sebagai musisi profesional. Itu sebabnya, single “Stereotype” tak sekadar bicara soal dua hal di atas.
Akbar mencontohkan pelbagai stereotype lain yang terjadi di masyarakat. Diantaranya pertanyaan kehidupan setelah lulus kuliah, gaji yang diterima di tempat kerja, kelanjutan karir, hingga pertanyaan kapan menikah dan punya anak. Bagi Akbar –tentu saja– hal ini memuakkan. (*)