AKSELERASI, KUKAR – Kehadiran rest area di Desa Prangat Baru –Marang Kayu, Kukar– menciptakan peluang bisnis anyar bagi pengusaha UMKM lokal. Khususnya para petani kopi luwak yang hanya selemparan batu dari wilayah itu. Cerita ini menjadi poin penting diskusi mengenai pengembangan kedai kopi di sana.
Hadir dalam kesempatan itu, Naila Faradila bersama sejumlah dosen dari Jurusan Pariwisata Polnes. Seperti I Wayan Sudarmayasa, Tauhid Hira, Sari Pratiwi, Galuh Yeni Maisaroh, Gia Puspita Mokodopit dan Rini Asri. Hadir pula dua mahasiswa Jurusan Pariwisata Polnes, Robbi Firmansyah dan Afrina.
Rangkaian pengabdian masyarakat yang diwujudkan dalam Program Kemitraan Masyarakat ini, ternyata sejalan dengan rencana yang dimiliki Poktan Kampung Wisata Kopi Luwak di Desa Prangat Baru.
Rindoni, Ketua Poktan Kampung Wisata Kopi Luwak, mengatakan, kopi luwak yang biasanya dikemas dalam bentuk biji kopi dan dikirim kepada konsumen yang memesan, kini bisa dinikmati masyarakat yang singgah di rest area. Di sana, prosesnya diolah langsung oleh anggota Poktan Kampung Wisata Kopi Luwak.
“Kopi luwak di Desa Prangat diambil dari biji kopi Liberika yang memiliki keasaman yang rendah namun seimbang, sangat cocok dinikmati semua kalangan. Baik bagi pecinta kopi maupun bagi orang yang hanya sekadar penasaran dengan rasanya,” katanya.
Menurut Rindoni, sejumlah anggota dari Poktan Kampung Wisata Kopi Luwak yang telah dilatih mercaik kopi, optimis jika kopi luwak yang mereka miliki akan berkembang lebih besar dengan kedai kopi di rest area tersebut. Bahkan, saat dikunjungi Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud, 12 Juli 2025 lalu, kopi khas wilayah tersebut sempat disajikan. Kesan yang disampaikan gubernur Kaltim, kopi Prangat Baru disebut berbeda dari kopi lainnya.
“Ketika meminumnya, kopi ini aman untuk lambung. Aromanya khas dan rasanya belum pernah ditemukan di kopi lainnya,” ujar Rindoni.
“Dengan alasan tu, Pak ubernur tidak ragu membeli biji kopi luwak dengan jumlah yang cukup banyak sebelum meninggalkan Desa Prangat Baru,” imbuhnya.
Rindoni berharap, kegiatan pengabdian masyarakat berupa pelatihan meracik kopi ini, bisa terus berlanjut. Tujuannya, agar bisa sinergitas dengan pelbagai pihak bisa dijalin. Terutama antara Poktan Kampung Wisata Kopi Luwak dengan akademisi, Pokdarwis, hingga Pemkab Kukar.
“Kami berharap dengan publikasi pelatihan ini, menjadikan kopi luwak tidak hanya terkenal di Prangat Baru. Tapi juga di Kaltim bahkan ke nasional hingga akhirnya mendunia,” ucapnya. (*)




