Seorang pedagang tradisional, Badariah, membangun Kampung Baca Tansal atau taman baca masyarakat sejak 4 tahun lalu.
PEREMPUAN berusia 25 tahun bernama Badariah itu mendirikan taman baca untuk mengedukasi anak-anak yang berada di desa pedalaman, serta meningkatan minat baca anak-anak.
Badariah mengatakan, kegiatan ini bermula pada saat perpustakaan desa yang sepi pengunjung, letaknya juga berada di dalam kantor desa. Pada akhirnya Badariah meminta izin kepada pihak kantor desa untuk membawa buku-buku tersebut ke tempat yang mudah dijangkau.
Wanita yang sehari-hati bekerja di pasar tradisional ini memiliki ide mengumpulkan anak-anak untuk membaca buku yang ia bawa dari kantor desa, buku-buku tersebut dipindahkan ke selasar rumahnya.
“Setelah mendapat izin dari kepala desa setempat, desa Tanjung Saleh, kita pindahkan di selasar rumah saya di Dusun Kampung Tengah. Diberi nama Kampung Baca Tengah, kampung adalah nama dusun pertama kali didirikannya, Baca merupakan gerakan literasi yang kami dongkrak karena masih lemahnya minat baca di desa Tanjung Saleh ini, dan Tansal singkatan desa Tanjung Saleh,” paparnya.
Berdiri sejak 5 Desember 2017, Kampung Baca Tansal inu sudah memiliki dua tempat dan rencananya akan dibangun satu tempat belajar lagi.
“Alhamdulillah Kampung Baca Tansal sudah berdiri 2 tempat, di dusun Kampung Tengah, dan Parit Pangeran, doakan yang ketiga di Desa Parit Rimba,” ucapnya.
Kegiatan tersebut dilakukan oleh relawan setiap hari Minggu. Relawan tersebut terdiri dari mahasiswa dan para pekerja, mereka rela meluangkan waktu dari Kota Pontianak untuk pergi ke dusun mengajar dan bermain bersama anak-anak.
“Kami juga ada kegiatan perahu baca, ini adalah kegiatan kami membawa buku-buku yang sulit untuk dikunjungi masyarakat sekitar, misalnya buku dari dusun Tengah kuta bawa ke dusun Parit Pangeran, perahu baca juga kami gunakan sebagai tempat belajar agar anak-anak lebih dekat dengan alam dan sungai. Kami mengajak mereka membaca buku di atas perahu, kita ajak bermain game juga bahwa kegiatan membaca buku itu seru,” paparnya.
Tak hanya membaca, ada juga kegiatan seperti Ahad Cerdas, yakni kegiatan untuk mendatangkan sosok atau tokoh inspiratif, serta mengajarkan tentang kesenian atau kerajinan tangan.
Selanjutnya ada juga bimbungan belajar kaligrafi, bimbingan unu diajar oleh masyarakat setempat yang turut berpartisipasi menjadi relawan, bersedia mengajar tanpa digaji, mereka mengajar anak-anak utnuk menulis kaligrafi. Kegiatan ini diadakan setiap malam Minggu.
Badariah mengatakan, anak-anak di dusun juga kurang pengetahuan tentang teknologi sehingga mereka juga memberikan bimbingan belajar komputer. “Karena anak-anak di sana gaptek, mereka tidak terbiasa menggunakan barang elektronik seperti laptop, mereka antusias diberikan pelajaran seperti ini, mereka suka dan antusias belajar yang berkaitan dengan laptop misalnya mereka nonton atau mengetik,” ucapnya.
Volunter di Kampung Baca Tansal yang berada di Desa Tanjung Saleh adalah berstatus mahasiswa dengan jumlah 10 orang, selanjutnya ada juga dari masyarakat luar berjumlah 2 orang. Mereka merelakan waktunya untuk pulang pergi dari Kota ke Dusun untuk mengajar dan memberikan literasi yang asik kepada anak-anak.
“Anak-anak di taman baca ini ramai dan pernah ada kegaitan kami sampai 60 hingga 70 anak. Ada 2 tempat di dusun Kampung Tengah biasa ada 30 anak, dan di Parit Pangeran biasa paling ramai 60 anak,” pungkasnya. (*)