Ada kisah menarik dibalik pembuatan buku “Mengayuh Waktu Membangun Kukar”. Hal ini disampaikan sang editor saat penutupan Expo Erau Adat Pelas Benua 2023, Minggu 1 Oktober 2023, di Halaman Parkir Stadion Rondong Demang, Kota Tenggarong.
FAISAL RAHMAN, Kukar
DALAM perencanaan penulisan buku “Mengayuh Waktu Membangun Kukar”, sang editor, Herry Nugroho, mengaku sempat mendapat pertanyaan dari Bupati Kukatai Kartanegara Edi Damansyah; apakah perjalanan kariernya pantas untuk dibukukan?
Herry Nugroho yang mendengar pertanyaan itu, langsung menjelaskan konsep buku yang berisi kritik membangun. Edi Damansyah akhirnya setuju dan mempersilahkan penulisan buku dialkukan.
Dalam pengantar bukunya, Herry Nugroho mengungkapkan, buku ini merupakan pelengkap dari dokumen evaluasi yang wajib dibuat setiap akhir periode tahunan. Biasa disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) menjelang akhir masa jabatan.
Biasanya, lanjut Herry Nugroho, dokumen yang dirilis per tahun dan per lima tahun ini hanya terfokus pada pencapaian kuantitatif atas pembangunan yang dicapai. “Sementara, porsi pencapaian kualitatif mendapatkan ruang yang kecil dalam laporan. Dengan demikian, potret pencapaian yang ditampilkan terkesan kering dan kurang informatif,” katanya.
Kehadiran buku ini, ucap Herry Nugroho, diharapkan menjadi penyeimbangan atas kekurangan yang terdapat dalam laporan teknokratis tersebut. Terlebih, konten buku ini menghadirkan dua sisi. Menyajikan aspirasi langsung dari masyarakat.
Konsekuensinya, beber Herry Nugroho, isi buku ini tidak hanya sekadar menyajikan narasi keberhasilan dan puja-puji. Tetapi, juga menampilkan sisi-sisi kekurangan yang tidak bisa dijangkau dokumen resmi.
“Termasuk juga saran dan kritik konstruktif dari sejumlah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat, Red.). Baik itu Jatam Kaltim (Jaringan Tambang Kalimantan Timur, Red.), Walhi (Wahana Lingkungan, Red.) Kaltim dan Pokja (Kelompok Kerja, Red.) 30,” sebutnya. “Ini sejarah di Indonesia, belum ada satu pun bupati di Indonesia yang membuat buku seperti ini,” timpal Herry Nugroho.
Dia menuturkan, frasa “Mengayuh Waktu” dipilih sebagai diksi yang menggambarkan masa jabatan Edi Damansyah ketika buku ini ditulis mendekati senja akhir masa jabatannya. Sisa waktu yang singkat ini, terangnya, tak menyurutkan semangat Edi Damansyah. “Tetap dalam kecepatan penuh mewujudkan obsesi dan janji-janji politiknya, yakni membangun Kukar,” tutup Herry Nugroho. (fai/adv/diskominfokukar)